Senin, 29 Agustus 2016

Ephemera, Karena Jatuh Cinta dan Patah Hati Hanya Sementara

Far to many emotions that taint my soul before my faith,
And often I drown in the moment
When in the end, they’re all ephemera



Ahimsa Azaleav, dengan cerita-cerita ringan dan sangat membuminya berhasil sekali membuat saya berkali-kali menghela nafas panjang. Seolah kata-kata yang ditulis dalam bukunya memang ditujukan kepada saya. Hehehe. Ge-er banget ya saya?!

Tapi seriusan deh, kamu harus baca, beli bukunya atau pinjem kaya saya, hehehe. Dari 19 cerita dalam buku ini, saya yakin kamu akan menemukan paling tidak satu cerita yang “kamu banget”. Karena cerita-cerita di buku Ephemera ini memang kisah sehari-hari yang biasa kita temukan, atau pernah kita alami malah.

Misalnya, “PHP My Story” berkisah tentang cowok yang seakan memberi kode buat kita, tapi tetiba nikah sama cewek lain. “Langit” berkisah tentang cewek yang berharap lebih ketika cowok yang dikaguminya merespon, padahal belum tentu juga cowok itu ......*isi sendiri titik-titiknya yah :P “Ephemera” berkisah tentang friendzone yang jadi merumit ketika benih-benih rasa lainnya hadir.

Cerita favorit saya? Sepertinya jatuh pada kisah berjudul “Saya, Jatuh Cinta” dan sebuah prosa berjudul “Kamu”.

“Bisa jadi perasaanmu justru menjadi penghalangmu untuk bertemu dengan jodoh sejatimu. Bersihkanlah hatimu. Nanti, kalau Tuhan mempertemukanmu dengan jodoh sejatimu, kau bisa melihat semuanya dengan lebih jernih. Aku tidak melarangmu jatuh cinta. Tapi jika jatuh cinta membuatmu terbang, berharap penuh angan, padahal semuanya sebenarnya biasa saja, lebih baik engkau kelola perasaanmu lagi. Tanyakan lagi, apakah benar itu jatuh cinta, kagum yang berlebihan, atau apa? Sementara dia yang katanya kau ‘jatuhi’ cinta sama sekali bukan (belum) jadi siapa-siapamu. Kembalilah. Jangan terbang terlalu tinggi.” (Penggalan “Saya, jatuh cinta” dalam buku Ephemera halaman 71-21)

“Ajari aku untuk tidak bahagia saat hurufmu menyapa. Atau beritahu aku rahasia agar tak menangis saat teringat bahwa ada dia dalam tiap langkahmu. Ajari aku agar semangatku tak berlipat saat tahu kamu masih mengingat mimpiku. Atau beritahu aku rahasia agar tak menangis saat teringat kamu juga yang pernah memukul semua semangatku. Ajari aku untuk tidak tersenyum saat teringat setiap jengkal kenangan. Atau beritahu aku rahasia agar tidak menangis saat teringat bahwa harapan itu tak boleh ada. Ajari aku untuk tahu diri. Atau beritahu aku rahasia agar tahan berpura-pura. Sungguh aku tak berhenti berdo’a untuk sebuah kerelaan. Sungguh aku tak pernah lelah berharap pada Sang Pemilik Hati saja. Sungguh aku bahkan telah memangkas habis semua harapan padamu. Sungguh aku telah berupaya untuk tahu diri” (Penggalan “Kamu” dalam buku Ephemera halaman 141).

Ephemera. Buku ini mengajarkan kita untuk menginsyafi bahwa jatuh cinta ataupun patah hati, ketika kita bisa menerimanya dengan sepenuh penerimaan, penerimaan yang baik, kemudian kita belajar dari semua itu, maka tidak akan ada yang sia-sia. Semua akan menjadikan kita pribadi yang lebih kuat. Semua akan menjadi media untuk kita lebih mengenal dan mendekat kepada-Nya yang telah menuliskan skenario hidup kita. Karena jatuh dan patah hatinya kita, terbolak-baliknya hati kita, bukan hal sulit bagi Dia yang Maha Kuasa. Lalu sudah jelaslah semua, pada siapa seharusnya kita hanya berharap dan bergantung.

Seincerely,

Riana Yahya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar